Bagian Pertama dari 2 Tulisan

Dewasa ini muncul (atau sengaja dimunculkan?)
wacana Islam Indonesia atau Islam Nusantara. Ga tau gimana prosesnya, tau-tau Istilah ini jadi
trending topic di kalangan politisi, intelektual, di sebagian organisasi Islam dan di birokrat Kementerian Agama.
Wacana ini nongol di tengah suasana semrawut
konstelasi politik global yang akhirnya membawa umat Islam untuk membumikan konsep Nahi Munkar, Jihad Fie Sabilillah dan Penegakkan Khilafah.
Di tengah situasi seperti itulah wacana ini diasong-asongkan secara biadab oleh para pengikut dajjal sebagai alternatif untuk menampilkan wajah Islam yang moderat, toleran, cinta damai, dan menghargai keberagaman yang semuanya dimaknai menurut
selera syahwat mereka. Hal tsb diupayakan karena para pengikut dajjal meyakini konsep
Nahi Munkar, Jihad Fie Sabilillah dan Penegakkan khilafah merupakan bahaya yang sangat besar bagi kepentingan hawa nafsu mereka.
Namun di balik niat busuk mereka masih banyak hal yg menjadi tanda tanya terkait
wacana Islam Nusantara / Indonesia tsb, baik dilihat dari landasan konseptual maupun substansinya. Tetapi sayangnya kurang banyak orang yang memberi perhatian, padahal hal ini mencakup permasalahan yang mendasar. Berangkat dari sinilah admin yang good looking, rajin menabung, baik hati dan tidak sombong ini, mencoba memberi pencerahan mengenai wacana tersebut di atas.
Jadi, Apakah yang dimaksud dengan Islam nusantara atau Islam indonesia itu ?
Islam Indonesia atau
Islam Nusantara sejatinya adalah sebuah konsep yang sampai hari ini belum ada definisi baku tentangnya. Masih Gajebo. Ga Jelas Booo...
Memang aneh! sebuah konsep yang belum jelas, masih abu-abu, seperti belum jelasnya
definisi teror dan terroris yang digunakan oleh United Satan of America (USA), tetapi sudah diwacanakan secara resmi di lembaga-lembaga kementerian bahkan secara akademik. Sungguh Aneh. Ada apa ini ?
Koq bisa-bisanya sebuah konsep yang belum jelas diperbincangkan sedemikian rupa ? ini sama saja ngomongin sesuatu yang tidak ada isinya atau Omong Kosong dan Pepesan Kosong.
Memang benar sudah ada juga sich, sebagian makhluk yg mencoba menjelaskan konsep tersebut, tetapi sayangnya masih bersifat subyektif disesuaikan dengan kepentingan dan seleranya masing-masing. Misalnya si
azyumardi azra yang mendefinisikannya sbb :
“Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi rusak, kontekstualisasi sesat, indigenisasi destruktif dan vernakularisasi Islam ngaco dengan realitas sosial bejad, budaya dan agama (bad religion) di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy'ari, fikih mazhab Syafi'i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran sesuai dengan kemauan zionist Internasional. Islam Nusantara yang kaya dengan warisan Islam (Islamic legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global yang akan mudah berakulturasi dengan Tatanan Dunia Baru Ciptaan Dajjal (The New World Order) kelak”.
Atau si Said Agil Siradj :
"Islam Nusantara adalah Islam sinkretik, Islam Campur Baur (ICABUR) yang merupakan gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal (non teologis) berupa budaya, dan adat istiadat di Tanah Air. Atau dengan perkataan lain Islam Gado-Gado (Bukan Islam)".
Terus terang admin masih menebak-nebak, apa sesungguhnya Islam Nusantara yang mereka maksudkan?
Apakah yang dimaksud adalah agama Islam ala Indonesia? Islam Gaya Nusantara? Jika ya lantas seperti apa wujudnya? Apa seperti di Turki pada zaman Mustafa Kemal Attaturk dulu yang adzan dikumandangkan dalam bahasa Turki dan Al Quran hanya diterbitkan terjemahannya saja yang ditulis dengan huruf Latin? Atau seperti apa? Tetap masih belum jelas dan ngaco, seperti ngaco dan belum jelasnya agama yg dianut oleh pengasong-pengasong konsep ini.
Menurut hemat admin selama pengertiannya belum jelas, ga perlulah para akademisi, pejabat, birokrat dan tokoh politik ikut-ikutan ngomong soal tersebut. Ngomongin konsep yang masih kabur cuman bikin bingung dan menyesatkan masyarakat. Atau apakah memang ini yang kalian kehendaki ?
Mengingkari Realitas
Terlepas dari belum jelasnya pengertian dari konsep itu sendiri, terlihat bahwa wacana ini erat kaitannya dg gagasan alm. Gus Dur tentang pribumisasi Islam yg secara ringkas dapat disimpulkan maksudnya adalah upaya mengartikulasikan ajaran dan nilai-nilai Islam sesuai dengan konteks sosial-budaya masyarakat penganut Islam itu sendiri.
Lebih Ringkasnya lagi, bagi masyarakat Muslim Indonesia, Islam mesti ditafsirkan sesuai dengan konteks-sosial budaya lokal Indonesia atau Nusantara.
Kalo kita menyimak perbincangan seputar wacana Islam Nusantara seringkali disinggung memiliki ciri khas yang membedakannya dengan Islam di negeri-negeri lain. Misalnya dengan Negeri Arab dimana Islam pertama kali diturunkan.
Secara umum ada juga yg mengkategorikan dalam dua macam karakteristik :
Pertama, Islam Nusantara lebih mengedepankan aspek esoteris (hakikat) ketimbang aspek eksoteris (syariat), sehingga Islam menjadi tidak sebagaimana ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Kedua, sebagai Islam yang moderat, toleran dan cinta damai yang semuanya dimaknai menurut keinginan sang tuan besar (dajjal). Yaitu Islam yang lemah lembut, Islam yang harus menolak konsep Nahi Munkar, Jihad Fie Sabilillah, dan Penegakan Khilafah..