Jemaat Islam Nusantara
  • Home
  • About

Sabtu, 21 Oktober 2017

Proklamator Islam Nusantara

Dikalangan Orang Bingung di Indonesia, Islam banyak macamnya. yang paling terkenal ada 2 yaitu Islam Muhmmadiyah dan Islam NU. Dan pada tahun 2015 lalu, tepatnya 14 Mei 2015, Presiden Jokowi memproklamirkan Islam yang baru yaitu Islam Nusantara. Hal tersebut diungkapkannya pada acara pembukaan Munas Alim Ulama Nahdhatul Ulama di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Jokowi mengatakan, “Islam kita adalah Islam Nusantara, Islam yang penuh sopan santun, Islam yang penuh tata krama, itulah Islam Nusantara, Islam yang penuh toleransi.” Sebagian Orang yang menganut Islam NU menyambut gembira hadirnya Islam Nusantara ini.

Sejak itulah Islam di Indonesia bertambah satu lagi yaitu Islam Nusantara. Setelah proklamasi Islam Nusantara tersebut secara otomatis jumlah Islam menjadi lebih banyak lagi. Ada Islam Nusantara maka ada pula Islam Eropa, Islam Arab, Islam India, Islam Jawa, Islam Aborigin, Islam Batak, Islam kecamatan Kebayoran lama, Islam kelurahan Gambir, dan seterusnya Islam-Islam yang lain.

Di Indonesia Anda bebas memilih mau ber-Islam dengan Islam yang mana sesuka hati anda. Bahkan anda mau menjadi atheis pun boleh saja.
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
17.22

Boleh Menjadi Atheis

islam nusantara

Berikut ini tulisan dari Ustadz Dr. Hamid Fahmy Zarkasy. Judulnya Allah Bolehkan Atheis ? Ustadz Hamid Fahmy Zarkasy menjelaskan kesalah-kaprahan sebagian orang dalam memahami Ayat ke 256 Surat Al Baqarah.

Sebenarnya konsep Islam Nusantara juga merupakan hasil dari salah kaprah. Pemahaman Islam sepotong-sepotong atau tidak kaaffah lah yg menjadi penyebabnya. Tapi pada postingan kali ini admin belum akan membahasnya. Yawdah mari kita simak tulisan sederhana dan ber-nas berikut ini :

Akhir-akhir ini ada orang yang berpendapat bahwa (menjadi) orang atheis itu boleh, Allah tidak melarang, alasannya ayat al-Qur’an berbunyi "Tidak ada paksaan dalam beragama" (QS 2:256). Pendapat ini mengandung dua kesalahan fatal:

Pertama, jika orang boleh menjadi orang atheis berarti Allah membolehkan orang mengingkari-Nya, menafikan-Nya, menentang-Nya, ini mustahil. Padahal, jangankan mengingkari atau menentang-Nya, menduakan-Nya atau mensekutukan-Nya atau mengakui adanya tuhan selain Allah saja adalah dosa besar dan akan mendapat azab. 

Allah sama sekali tidak membolehkan orang menjadi kafir atau atheis, tapi (setelah kebenaran itu jelas) Allah mempersilahkan manusia,  "barangsiapa ingin beriman silahkan, dan barangsiapa ingin menjadi kafir / atheis silahkan." (QS 18: 29).

Allah juga memberi tahu jika anda memilih menjadi atheis niscaya akan menuai azab di neraka jahannam yang sangat pedih dan jika memilih beriman maka ia akan mendapatkan pahala surga yang kekal abadi.

Kedua, tidak ada paksaan dalam beragama tidak berarti bahwa setiap orang itu berhak untuk tidak beragama dan haknya itu dilindungi oleh Allah. Allah hanya melindungi hamba-Nya yang mau berlindung melalui ketaatan dan ketaqwaan pada-Nya. Tidak ada paksaan maksudnya Allah Yang Maha Bijaksana memberi manusia akal untuk memilih dua jalan yaitu kesesatan atau ketaqwaan (QS.91:8).

Jika dia gunakan akalnya maka dia akan memilih petunjuk ketaqwaan, jika ia gunakan hawa nafsunya maka dia akan memilih kesesatan. Jadi beragama dalam Islam itu dengan kesadaran akal bukan dengan paksaan. Penggunaan akal dalam beriman inilah letak rasionalnya aqidah Islam. maka Islam hanya bisa dianut oleh mereka yang sudah aqil baligh.
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
14.01

Kamis, 09 Juli 2015

Jamaah Islam Nusantara

Ada yang bertanya sama admin,

"Min, koq namanya pake JEMAAT sich ? Seperti Kristen gitu min .. 

Kenapa gak gunakan JAMAAH ? agar terdengar seperti Islam gitu lho.. "


Jawaban Pertama Sebenarnya, nama Jemaat Islam Nusantara itu diberikan oleh Habib Rizieq Shihab kepada sekumpulan penderita penyakit SEPILIS yang gagal nyebar-nyebarin faham sesat mereka dan akhirnya merekapun berstrategi untuk Menusantarakan Islam dengan mengusung Konsep Islam Nusantara. Jadi sengaja Admin pake nama JEMAAT, karena kalo admin rubah menjadi JAMAAH, rasanya seperti kurang pantas gitu dech
Jawaban Kedua Kenapa admin gunakan JEMAAT dan bukannya JAMAAH adalah karena memang para penderita SEPILIS tersebut sudah tidak pantas lagi disebut sebagai JAMAAH kaum MUSLIMIN. Jadi, pantesnya memang disamakan dengan 'agama lain' selain Islam. 


Gitu aja yaa... 
Semoga jawabannya memuaskan.
11
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
12.26

Rabu, 08 Juli 2015

Propaganda Zionis dan Hakikat JIN

Bismillaah wal Hamdulillaah …

Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah …

NOS  - Novus Ordo Seclorum - atau NOA  - New Order of The Ages - atau NWO  - New World Order - adalah istilah yang sama untuk TDB  - Tatanan Dunia Baru - yang merupakan AGENDA ZIONIS YAHUDI melalui Gerakan Freemasonry dan Illuminaty.

Salah satu point penting dalam Protokol Zion adalah penyebarluasan ATHEISME dengan bungkus LIBERALISME untuk menjauhkan semua umat manusia selain Yahudi dari agamanya masing-masing.

PROPAGANDA ZIONIS

ZIONIS melalui kaki tangan Liberal-nya di seluruh Dunia sangat pro aktif mempropagandakan :

1. Demokrasi
Karenanya, umat Islam wajib menolak Sistem Demokrasi, baik Kapitalis mau pun Sosialis, dan harus pro aktif secara terus menerus mengkampanyekan Sistem Khilafah atas dasar Musyawarah.

2. Hak Asasi Manusia
Karenanya, umat Islam harus mampu membedakan antara HAM versi Islam dan HAM versi Barat, sehingga tetap menjunjung tinggi KAM (Kewajiban Asasi Manusia) yaitu beribadah kepada Allah SWT,

3. Kebebasan Mutlak
Karenanya, umat Islam harus selalu taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, sehingga hanya berpegang kepada kebebasan yang dibatasi oleh aturan agama, agar supaya tidak terjebak dalam perilaku bebas yang kebablasan.

4. Persamaan Agama
Karenanya, umat Islam harus terus dimantapkan keyakinannya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan yang diridhoi Allah SWT, tanpa harus menghina dan mencaci maki agama lain, sehingga tidak terjebak dalam paham Pluralisme yang menyatakan semua agama sama dan benar.

5. Kearifan Lokal - Local Wisdom -
Karenanya, umat Islam harus menghargai Kearifan Lokal selama tidak melanggar Syariat Islam, dan wajib meluruskannya manakala bertentangan dengan Syariat Islam, sehingga Kearifan Lokal tetap harus tunduk kepada aturan Allah SWT, tidak sebaliknya.

6. Pelestarian Budaya
Karenanya, umat Islam harus ikut serta dalam Pelestarian Budaya positif dengan tetap membangun Peradaban Islami, dan wajib waspada daripada pembiaran keprimitifan dan keterbelakangan atas nama Pelestarian Budaya

7. Kesetaraan Gender
Karenanya, umat Islam harus dipahamkan bahwa perbedaan Pria dan Wanita adalah suatu keniscayaan Sunnatullah, untuk pembagian tugas sesuai dengan Biologis dan Pshychologis masing-masing, agar tercipta Keserasian Gender, bukan Kesetaraan Gender.

8. Revolusi Mental
Karenanya, umat Islam mesti dibekali tentang pentingnya Revolusi Akhlaq yang bertujuan untuk menundukkan jiwa kepada aturan Allah SWT, bukan Revolusi Mental yang ingin membebaskan jiwa dari aturan agama yang dianggap sebagai penjajah mental.

9. Kebangsaan
Karenanya, umat Islam harus mensyukuri kebangsaan yang dimilikinya sebagai karunia Allah SWT, untuk membangun persaudaraan Islam yang Lintas Suku dan Bangsa, agar terhindar dari Propaganda Kebangsaan yang Rasis dan Fasis serta mengkotak-kotak umat manusia dalam Nasionalisme Jahiliyyah.

10. Modernisasi
Karenanya, umat Islam tidak menolak Modernisasi sarana dan pra sarana kehidupan di era kemajuan Tekhnologi saat ini, tapi tetap wajib menolak Modernisasi Agama yang ingin merubah ajaran Islam agar mengikuti tuntutan hawa nafsu manusia modern, karena dianggap sudah kuno dan kadaluwarsa serta tidak relevan lagi.

11. Globalisasi
Karenanya, umat Islam harus selalu memantapkan langkah untuk merebut Globalisasi dalam naungan Khilafah Islamiyyah, agar tidak terperangkap dalam jebakan Globalisasi Zionis Yahudi yang ingin membentuk SATU PEMERINTAHAN DUNIA di bawah kekuasaan Zionis Yahudi melalui gerakan Freemasonry dan Illuminaty.

12. Deradikalisasi
Karenanya, umat Islam harus menyadari bahwa program Deradikalisasi di Dunia saat ini hanya ditujukan kepada umat Islam, agar mereka meninggalkan ajaran Jihad karena dianggap sebagai sumber Radikalisme. Padahal, Jihad adalah Kewajiban Agama Islam untuk menjaga Islam dari serangan musuh-musuhnya, bukan untuk menggangu siapa pun.
Disana masih ada aneka agenda lainnya, yang kesemuanya ditujukan untuk penaklukan seluruh umat manusia, khususnya umat Islam, sehingga patuh dan tunduk secara total kepada Kekuasaan Zionis Internasional.

ZIONIS INDONESIA

Sebagaimana telah disinggung dalam beberapa artikel yang lalu bahwa Gerakan Yahudi di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman Hindia Belanda melalui Freemasonry dan Illuminati.

Di antara sayap Freemason yang terkenal di Indonesia dan banyak digandrungi pejabat dan selebritis Indonesia karena tergiur dengan aneka fasilitas internasional, adalah ROTARY CLUB dan LION CLUB.
Semua jaringan LIBERAL di Indonesia dipastikan sebagai bagian dari gerakan Zionis Internasional.

JIN

JIN (Jemaat Islam Nusantara) merupakan Metamorfosis dari seluruh gerakan Liberal di Indonesia. Karenanya, JIN bisa dipastikan juga termasuk salah satu sayap Zionis yang dipelihara dan dibesarkan di Indonesia.

Bagaimana Hakikat JIN (Jemaat Islam Nusantara) ?

Sejak terbitnya Fatwa MUI pada tahun 2005 tentang kesesatan SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme), maka kalangan Sepilis sibuk mencari nama baru yang manipulatif sehingga mudah menipu, menjebak dan membodohi masyarakat awam.

Akhirnya, mereka gonta-ganti nama, sebentar Islam Moderat, sebentar Islam Inklusif, sebentar lagi Islam Multikulturalisme, namun tetap tidak laku, karena masih ada aroma bahasa asing (Inggris), sehingga tetap dicurigai oleh masyarakat.

Kini, mereka menggunakan nama yang bisa lebih akrab dengan masyarakat Indonesia, dengan aroma Kebangsaan dan Nasionalisme, yaitu ISLAM NUSANTARA,

Namun isinya tetap beraroma SEPILIS, karena jargonnya tetap sama, yaitu : Human Right, Freedom and Local Wisdom (HAM, Kebebasan dan Kearifan Lokal).

Hanya saja kali ini, JIN lebih mengedepankan Misi Budaya. Atas nama Budaya Nusantara, JIN pelan tapi pasti ingin menggerus ajaran Islam. 

Saat ini, PROPAGANDA JIN, antara lain :

1. ISLAM PENDATANG
Bagi JIN bahwa Islam di Indonesia adalah "pendatang" dari Arab yang "numpang", bukan agama "asli" bangsa Indonesia.

TANGGAPAN : Islam adalah agama asli yang turun dari Langit untuk seluruh penduduk Bumi, karena Islam datang dari Allah SWT Sang Pemilik Alam Semesta, sehingga Islam dimana saja di atas Bumi Allah SWT akan selalu menjadi agama "Asli" yang "Pribumi", dan tidak akan pernah jadi "Pendatang".

Jadi, Islam bukan dari Arab, tapi dari Langit yang diturunkan pertama kali di tengah orang Arab, kemudian disebarkan ke seluruh Dunia.

2. PRIBUMISASI ISLAM

Islam sebagai pendatang dari Arab harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku Pribumi, sehingga Islam harus siap "Dipribumisasikan" agar tunduk kepada Budaya setempat

Karenanya, tidak boleh lagi ada istilah "Islamisasi Indonesia", tapi yang mesti dilaksanakan adalah "Indonesia-isasi Islam". Jadi, jangan pernah katakan "Indonesia Negara Islam", tapi katakanlah "Islam ada di Indonesia".

TANGGAPAN : Jika pola pikir ini benar, maka Islam di China mesti di-Cina-isasi, dan Islam di India mesti di-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti di-Amerika-isasi, dan seterusnya, sehingga Islam di Dunia jadi bermacam-macam dan berjenis-jenis sesuai negerinya.

Jika mundur lagi ke belakang, mestinya saat Islam ada di tengah masyarakat Jahiliyyah, maka Islam harus di-Jahiliyyah-isasi.

Jelas, pola pikir di atas ngawur dan tidak ilmiah, bahkan sesat menyesatkan.

3. TOLAK ARABISASI
Islam yang ada di Indonesia selama ini adalah "Islam Arab", sehingga Budaya Nusantara terancam dan tergerus oleh Arabisasi.

Karenanya, di Indonesia semua Budaya Arab yang menyusup dalam Islam harus diganti dengan Budaya Nusantara, sehingga ke depan terwujud "Islam Nusantara" yang khas bagi Bangsa Indonesia.

Intinya, JIN menolak semua Budaya Islam yang beraroma Arab, karena dalam pandangan mereka semua itu adalah "Arabisasi Islam", sehingga perlu ada Gerakan "Indonesia-isasi Islam" di Nusantara.

TANGGAPAN : Rasulullah SAW diutus di tengah Bangsa Arab untuk meng-Islam-kan Arab, bukan meng-Arab-kan Islam. Bahkan untuk meng-Islam-kan seluruh Bangsa-Bangsa di Dunia, bukan untuk meng-Arab-kan mereka.

Jadi, tidak ada Arabisasi dalam Islam, yang ada adalah Islamisasi segenap umat manusia.

4. AMBIL ISLAM BUANG ARAB
Islam sebagai pendatang dari Arab tidak boleh mengatur apalagi menjajah Indonesia, tapi Islam harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku Pribumi.

Karenanya, Bangsa Indonesia boleh ambil Budaya Islam, tapi wajib tolak Budaya Arab, agar supaya Budaya Nusantara tidak terjajah dan tidak pula tergerus oleh Budaya Arab.

TANGGAPAN : Ini adalah Propaganda Busuk JIN yang ingin menolak Budaya Islam dengan "dalih" Budaya Arab. Pada akhirnya nanti, semua ajaran Islam yang ditolak dan tidak disukai JIN, akan dikatakan sebagai "Budaya Arab".

Dan propaganda ini sangat berbahaya, karena menumbuh-suburkan sikap RASIS dan FASIS, serta melahirkan sikap ANTI ARAB, yang pada akhirnya mengkristal jadi ANTI ISLAM.

5. AMBIL ISLAM BUANG JILBAB

Menurut JIN bahwa Jilbab adalah Budaya Arab karena merupakan pakaian Wanita Arab, sehingga harus diganti dengan pakaian adat Nusantara.

TANGGAPAN : JIN buta sejarah, karena di zaman Jahiliyyah, masyarakat Arab tidak kenal Jilbab, dan Wanita Arab tidak berjilbab. Bahkan Wanita Arab saat itu terkenal dengan pakaian yang umbar aurat dan pamer kecantikan, serta Tradisi Tari Perut yang buka puser dan paha.

Lalu datang Islam mewajibkan Wanita Muslimah untuk berjilbab menutup Aurat, sehingga Wanita Muslimah jadi berbeda dengan Wanita Musyrikah. Dengan demikian, Jilbab adalah Busana Islam bukan Busana Arab, dan Jilbab adalah Kewajiban Agama bukan Tradisi dan Budaya.

6. AMBIL ISLAM BUANG SALAM
Ucapan "Assalaamu 'Alaikum" adalah Budaya Arab, sehingga harus diganti dengan "Salam Sejahtera" agar bernuansa Nusantara dan lebih menunjukkan jatidiri Bangsa Indonesia.

TANGGAPAN : Lagi-lagi JIN buta sejarah, karena di zaman Jahiliyyah, salam masyarakat Arab adalah "Wa Shobaahaah", bukan "Assalaamu 'Alaikum".

Lalu datang Islam yang mengajarkan umatnya salam syar'i antar kaum muslimin, yaitu "Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh". Jadi, "Assalaamu 'Alaikum" adalah "Tahiyyatul Islam" bukan "Tahiyyatul 'Arab."

7. AMBIL TILAWAH QUR'AN BUANG LANGGAM ARABNYA

Termasuk Baca Al-Qur'an tidak perlu lagi dengan Langgam Arab, tapi sudah saatnya diganti dengan Langgam Nusantara seperti Langgam Jawa dan Sunda atau lainnya, agar supaya lebih Indonesia.

TANGGAPAN : Membaca Al-Qur'an dengan Langgam Arab bukan kemauan orang Arab, akan tetapi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Dan karena Al-Qur'an diturunkan dalam Bahasa Arab, tentu membacanya harus dengan Langgam Arab, agar sesuai dengan intonasi makna dan arti. Dan itu pun tidak tiap Langgam Arab boleh untuk Tilawah Al-Qur'an.

Langgam Gambus dan Langgam Qoshidah berasal dari Arab, tapi tidak boleh digunakan untuk Tilawah Al-Qur'an, karena keduanya adalah Langgam Seni dan Budaya serta Musik dan Hiburan.

Apalagi Langgam Tari Perut yang merupakan Langgam Seni dan Budaya Arab untuk pertunjukan ma'siat, lebih tidak boleh digunakan untuk Tilawah Al-Qur'an.

Karenanya, membaca Al-Qur'an dengan Langgam selain Arab tidak diperkenankan, karena memang tidak sesuai dengan pakem Bahasa Arab, sehingga tidak akan sesuai dengan intonasi makna dan arti.

Apalagi dengan Langgam Seni dan Budaya selain Arab yang digunakan untuk hiburan dan pertunjukan, seperti Langgam Dalang Pewayangan, Langgam Sinden Jaipongan, Langgam
Gambang Kromong, dan sebagainya, tentu lebih tidak boleh lagi.

Allah SWT telah menganugerahkan Bangsa Indonesia kefasihan dalam Lisan Arab, sehingga dari Sabang sampai Merauke, orang dewasa maupun anak-anak, sangat fasih dalam mengucapkan lafzhul Jalalah "Allah" dan aneka Dzikir seperti "Subhanallah wal Hamdulillaah wa Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar." Dan mereka pun sangat fasih juga dalam membaca Al-Qur'an.

Bahkan Bangsa Indonesia sangat Ahli dalam Ilmu Tajwid dan amat piawai dalam Tilawatil Al-Qur'an dengan Langgam Arab, sehingga di hampir setiap Musabaqoh Tilawatil Qur'an Internasional, para Qori Indonesia banyak sukses dan berhasil keluar jadi Juara Dunia Tilawah.

Karenanya, pembacaan Al-Qur'an dengan Langgam Dalang Pewayangan adalah "Kemunduran", dimana Bangsa Indonesia yang sudah sangat maju dalam Tilawatil Qur'an, hingga mengungguli Bangsa Arab sekali pun, lalu dibawa mundur jauh ke Alam Mitos Pewayangan di zaman Semar dan Petruk.

8. AMBIL AL-QUR'AN BUANG BAHASA ARABNYA

Baca Al-Qur'an tidak mesti dengan Bahasa Arab, tapi cukup dengan terjemah Indonesianya saja, agar umat Islam Indonesia bisa langsung menyimak dan memahami makna dan arti ayat-ayat yang dibaca.

TANGGAPAN : Inilah tujuan sebenarnya dari Propaganda JIN yaitu menjauhkan Al-Qur'an dari umat Islam, karena mereka paham betul bahwa Ruh dan Jiwa Islam adalah Al-Qur'an.

Bagi JIN, siapa ingin hancurkan dan lenyapkan Islam, hancurkan dan lenyapkanlah Al-Qur'annya.

Jadi jelas sudah, bahwa yang diserang JIN sebenarnya bukan Arab, tapi Islam.

Karenanya, selain yang sudah disebutkan di atas, JIN juga melakukan aneka ragam propaganda ANTI ARABISASI untuk merealisasikan tujuan busuknya, antara lain :

a. Menolak istilah-istilah yang diambil dari Bahasa Arab, hingga sebutan Abi dan Ummi pun mereka kritisi, sehingga harus diganti dengan istilah-istilah Indonesia, tapi lucunya mereka alergi dengan istilah Arab namun sangat suka dan amat fasih menggunakan istilah-istilah Barat.

b. Menolak penamaan anak dengan nama-nama Islam yang diambil dari
Bahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia. Tapi lucunya mereka senang dan bangga dengan penamaan anak Indonesia dengan nama-nama Barat dengan dalih lebih modern, walau pun bukan nama Indonesia.

c. Bahkan mulai ada rumor penolakan terhadap pengkafanan mayyit dengan Kain Putih karena beraroma Tradisi Arab, sehingga perlu diganti dengan Kain Batik agar kental aroma Indonesia. Bahkan mereka mulai tertarik dengan pakaian Jas dan Dasi Barat buat mayyit sebagaimana pengurusan Jenazah Non Islam, dengan dalih jauh lebih keren dan rapih ketimbang "pocong", walau bukan Budaya Indonesia.

FITNAH JIN

Sudah biasa terjadi, jika ada yang menolak gerakan JIN, maka serta merta dituduh dan difitnah : Tidak Nasionalis dan Tidak Pancasilais, serta Anti Kebangsaan dan Anti Nusantara, juga Intoleransi dan Fundamentalis, bahkan Ekstrimis dan Teroris.

Padahal, Islam tidak mengenal RASIS dan FASIS. Siapa pun manusianya, apa pun suku bangsanya, selama mereka beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW maka mereka bersaudara. Dan umat Islam sangat menghargai Seni dan Budaya Bangsa-Bangsa di Dunia, selama tidak melanggar Syariat Islam.

Karenanya, umat Islam di Indonesia sangat terbuka menggunakan Langgam Aneka daerah dalam Da'wah melalui seni Qashidah dan Sholawat serta Syair Islam, sebagaimana pernah dilakukan para Wali Songo ketika menyebar-luaskan Islam ke seluruh Nusantara. Namun tidak untuk Tilawatil Qur'an.

Lihat saja, aneka Syair Sholawat dan Dzikir serta Doa di berbagai daerah se-Nusantara, antara lain ;

1. Sholawat PADANG BULAN dan LIR ILIR yang masyhur di masyarakat Jawa, dan sering dibawakan oleh Habib Syeikh bin Abdul Qodir Assegaf dari Solo. Lihat linknya di You Tube :

PADANG BULAN - https://youtu.be/604Ji65mWB8

LIR ILIR - https://youtu.be/wXaN-SqbHpc

2. Dzikir ADUH GUSTI yang populer di masyarakat Sunda :

Ilaahii Lastu Lil Firdausi Ahlan Wa Laa Aqwaa 'Alaa Naaril Jahiimi

Fahablii Taubatan Waghfir Dzunuubii Fa Innaka Ghoofirudz Dzanbil 'Azhiimi ...

Aduh Gusti, abdi sanes ahli Surga Namun hante kiat Nahan panas Neraka

Mugi Gusti, kersa maparinan tobat
Ngahampura dosa Abdi anu lepat

KESIMPULAN
JIN (Jemaat Islam Nusantara) merupakan paham yang sesat dan menyesatkan, serta bukan dari ajaran Islam, sehingga wajib ditolak dan dilawan serta diluruskan.

JIN adalah Gerombolan RASIS dan FASIS yang ANTI ARAB, bahkan ANTI ISLAM. Jika mereka bisa mendapatkan jalan untuk menolak KEARABAN bahasa Al-Qur'an atau KEARABAN suku bangsa Nabi Muhammad SAW dan Keluarga serta para Shahabatnya, niscaya akan mereka lakukan, saking bencinya terhadap Arab, dan dengkinya terhadap Islam.

Na'uudzu Billaahi Min Dzaalik ..

HABIB MUHAMMAD RIZIEQ BIN HUSEIN SYIHAB
8
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
07.40

Minggu, 05 Juli 2015

Racun Nasionalisme


Iblis dan pasukannya (yaitu, para setan dari golongan jin dan manusia) menyuntikkan Racun Nasionalisme ke otak manusia. Yaitu, sebuah faham yang mengajarkan manusia untuk Fanatik kepada suku, bangsa dan negaranya. Tujuannya supaya setiap orang lebih mencintai suku, bangsa dan negaranya masing-masing daripada yg lain.

Apabila seseorang sudah terinfeksi racun nasionalisme, maka mudah bagi Iblis untuk memecah belah dan menghancurkan manusia. Ibarat api dalam sekam, dikipasin sedikit aja akan membesar. Komporin sedikit aja, maka akan Terbakar! Manusia akan rela membela bangsa dan negaranya tanpa berfikir panjang. Right or wrong is my country (mau bener atau salah, pokoknya gue belain suku, bangsa dan negara gue). Akhirnya Yang ada hanyalah Cinta dan Benci karena 'suku, bangsa dan negaranya masing-masing'. 
Nasionalisme bertentangan dengan ajaran dan aqidah Islam. Islam mengajarkan untuk berlaku adil kepada setiap orang tanpa memandang suku, bangsa dan negaranya. Islam mengajarkan bahwa cinta dan benci hanya karena Allah semata.  

'Ikatan keimanan yang paling kuat adalah yang terwujud di dalam memberikan loyalitas dan menyatakan permusuhan, serta mencintai dan membenci karena Allah semata’.( HR. Ahmad)

Sebenarnya, Ikatan persaudaraan (cinta dan benci) setiap muslim di muka bumi adalah semata karena 'Iman' dan kagak boleh dibatasi dengan teritorial tertentu, juga bukan karena suku, bahasa, bangsa dan negara.

"Sesungguhnya mukmin (orang-orang yg beriman) itu bersaudara .... " (Terjemah Surah al-Hujuraat:ayat 10)

Oleh sebab itulah, Nasionalisme harus disingkirkan dari benak kaum muslimin karena apabila Nasionalisme sudah merasuki pemikiran kaum muslimin, maka mereka akan berbuat dan berjuang bukan lagi karena membela kepentingan Islam dan bukan lagi demi tegaknya kalimatullah di muka bumi ini, melainkan semata karena suku, bangsa dan negaranya. Begitu juga dg keyakinan bahwa Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam, disebabkan nasionalisme dalam benak kaum muslimin, akan memudar dan tergantikan dengan 'hanya bagi suku, bangsa dan negaranya' masing-masing. Mereka tidak mau lagi menengok nilai-nilai dan ajaran Islam yang universal yaitu untuk menyelamatkan bumi dari syirik (penyembahan kepada selain Allah) dan memakmurkan serta memajukan peradaban dunia.

Rasulullah - shalallahu 'alaihi wasallam - sendiri telah mengingatkan umatnya supaya tidak terjebak dalam faham sesat tersebut. Dalam sebuah hadits shahih Beliau saw bersabda:

“Dan barangsiapa mati di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik kesukuan atau karena ingin menolong kebangsaan kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah!" (HR. Muslim)

Pandangan Ulama terhadap Nasionalisme :


Dalam tesisnya yang berjudul Al Wala’ wal Al Bara’, Syaikh Muhammad Said Al-Qahthani menulis :

“Bahwa Nasionalisme merupakan salah satu bentuk kesyirikan, karena dia akan menuntut seseorang untuk berjuang membelanya, dan membenci setiap kelompok yang menjadi musuhnya – tanpa melihat muslim atau bukan -, dengan demikian secara tidak langsung ia telah menjadikannya sebagai tandingan Allah”.

Sayyid Muhammad Qutb meletakkan faham Nasionalisme sejajar dengan faham-faham sesat lainnya seperti komunisme, sekulerisme, liberalisme,  demokratisme, yang sangat bertentangan dengan aqidah Islam. Faham-faham tersebut bisa membatalkan ke-islam-an seseorang karena mengajarkan pengikutnya untuk memisahkan Islam dari kehidupan nyata. 
(Lihat : Muhammad Qutb, Lailaha illallah Aqidatan wa syari’atan, hal. 140)

Mirip dengan pendapat Muhammad Qutb, ustadz Abul A’la al Maududi menolak digabungkannya antara Islam dengan faham Nasionalisme. Beliau tidak menyetujui seseorang yang mengatakan muslim nasionalis, karena kedua-duanya tidak bisa bertemu. (Abul A’la Al Maududi, Ummatul Islam Waqodhiyatul Qaumiyyah, Hal. 174)

“Demikianlah manusia terbagi menjadi dua partai besar, partai Allah dan partai setan, menjadi dua bendera, bendera kebenaran dan bendera kebatilan. Seseorang hanya bisa memilih salah satu dari keduanya, tidak ada bendera kekeluargaan atau kekerabatan, tidak ada bendera tanah air maupun kesukuan, yang ada hanyalah bendera aqidah.” (Sayyid Qutb, Fi Dhilal Al- Qur’an, Darus Syuruq, 1994, Juz. 6, Hal. 3515-3516)

Ini bukan berarti Islam melarang pemeluknya untuk mencintai suku, bangsa dan negaranya. Tidak sama sekali! Silahkan saja mencntai suku, bangsa dan negara masing-masing, tetapi kecintaan tersebut harus tetap berada dalam koridor Syariat dan Aqidah Islam. Dimana kecintaan terhadap segala sesuatu mesti ditempatkan dibawah kecintaannya terhadap Alloh, Rosul dan Jihad Fie Sabilillah!  

Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum  keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq". [QS. At-Taubah : 24]

Akhirnya kita patut merenungi salah satu sya’ir yang sering dikumandangkan anak-anak sekolah :

“Cina dan Arab adalah milik kita

Begitu juga India dan semuanya milik kita

Islam telah menjadi dien kita

Seluruh alam adalah Negara kita”.

Yawdah, gitu aja yaaa.....

-- Diambil dari berbagai sumber -
2
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
07.10

Rabu, 01 Juli 2015

Sherina Munaf : Ababil Korban SEPILIS



Sherina Munaf, Satu lagi ABABIL - ABG Labil - Korban Cuci Otak kaum penderita sepilis. 


Kasihan sekali ...
Menjadi korban Ghozwul Fikri ...
Di situ admin merasa sedih.... tapi ga sampai nangis sich ...


Sherina Munaf akhirnya dibully netizen dan para penggemarnya sendiri setelah melalui twit-nya mendukung legalitas pernikahan sesama jenis di United Satan of America (USA). Anak perempuan dari Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, ini nge-twit dukungannya terhadap kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). 



“Banzai! Pernikahan sesama jenis kini legal di Amerika Serikat. Mimpi: berikutnya, di seluruh dunia! Di manapun Anda berada, bangga siapa Anda. #LGBTRights,” begitu katanya via akun Twitter, @sherinasinna.



Berikut ini sebagian bully netizen kepada Sherina Munaf : 


 “@sherinasinna omg u do agree with that? as your fan i feel so sorry to you, sher.”

Akun @ravi_senjaya protes keras : “@sherinasinna pernikahan sejenis jelas dilarang oleh agama islam, jangan mendukung terjadinya hal tersebut di negara lain.”

Akun @AldiiFadhlii menulis, “Pendapat org b’beda” ttg LGBT termsk sherina munaf. Artis ini mendkung kptsn obama soal pernikahan sesama jenis. Dan skrg dia dibully. Hmm.”

Mengapa ABG Labil (ABABIL) yg memeluk Islam sejak kecil ini bisa terjerumus kepada pemikiran sesat tersebut ? Ini bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor yg antara lain :


  • Akibat pendidikan agama yang kurang dari keluarga sejak kecil, 
  • Atau lingkungan pergaulan yang salah, 
  • Atau terinfeksi Racun Otak Sepilis yg aktif disebabkan dan dipromosikan besar-besaran oleh para penderita sepilis yg didukung oleh media-media pro setan. Tega-teganya yaa, para penderita sepilis ini meyebar racun otak. 


Mudah-mudahan dech, Sherina mau serius memulai kembali belajar Islam sehingga bisa sembuh dari Penyakit Jiwa bernama SEPILIS yang sudah menjangkiti otaknya tsb.
3
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
11.18

Jumat, 12 Juni 2015

Islam Nusantara : Neo Liberalisasi Agama

Liberalisasi Agama secara ringkas dapat dikatakan sebagai upaya-upaya menundukkan ajaran Islam dengan akal. Sambil nyontek metodologi para filsuf, kaum Mu’tazilah dan Ahlu Kalam, kelompok penderita sepilis akut stadium dewa masa kini, menyebarkan ajaran dan keyakinan bahwa akal adalah segalanya.

Menurut logika sesat para penderita sepilis, jika sumber ajaran Islam tidak masuk akal atau bertentangan dengan akal mereka, maka tidak perlu dipergunakan atau dita’wilkan saja menurut kemauan akal mereka dengan cara bertumpu pada debat dan logika. Dan untuk memuaskan sikap pragmatis mereka, maka teks-teks sumber ajaran Islam boleh dipotong-potong atau cukup difahami secara sepotong-sepotong saja.

Tetapi pada kenyataan di lapangan, hal ini terbukti kurang sukses meracuni pemikiran muslim di indonesia. Oleh sebab itulah, atas petunjuk tuan besarnya (the one eye - Dajjal),  mereka pun mulai memunculkan upaya penyesatan pemikiran baru yang bisa kita sebut sebagai Neo Liberalisasi dengan mengusung slogan Islam Nusantara.

Yang dimaksud Neo liberalisasi agama dengan slogan Islam Nusantara di sini adalah sebuah gerakan baru dengan metode baru, dalam upaya untuk lebih mengefektifkan dan mengintensifkan proyek-penyesatan pemikiran mereka, yaitu liberalisasi ajaran Islam dan meliberalkan muslim Indonesia.

Neo liberalisasi agama ini sengaja dimunculkan setelah para penderita sepilis menemui kenyataan bahwa penyesatan pemikiran mereka dijegal oleh para pemikir dan pejuang Islam yang secara cerdas mementahkan argumen, gerakan, dan pemikiran sekular dan liberal mereka.

Neo Liberalisasi Agama ini mendompleng semangat Nasionalisme Sempit yaitu bagaimana kearifan lokal (local wisdom) yang diharapkan bisa menundukkan Ajaran Islam. Mereka menyebutnya : Islam Nusantara. Yaitu Islam yang disesuaikan dengan Nusantara sebagai sebuah bentuk kearifan lokal.
Bentuk-bentuk Kearifan lokal dalam masyarakat bisa saja berwujud nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Begitulah pendapat Prof. Nyoman Sirtha. Sehingga Islam Nusantara adalah Ajaran Islam sesuai dan selaras dengan nilai, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat yang ada di bumi Nusantara. Jika tidak sesuai, maka ajaran Islam tersebut harus ditolak. Terima yg sesuai dengan kearifan lokal dan buang yang tidak sesuai.

Singkatnya, Ajaran Islam dioprak-oprek, dikotak-katik, dicocok-cocokkan dengan hawa nafsu dan selera liberal dengan mengusung kearifan lokal.


6
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
13.38

Sabtu, 06 Juni 2015

Kesesatan Konsep Islam Nusantara Bagian Kedua

Bagian Kedua Dari 2 Tulisan
Akibat gagal memahami Islam secara kaaffah, akhirnya kedua kelompok tersebut mempertentangkan antara Islam esoteris (Islam hakikat) dengan Islam eksoteris (Islam syariat), serta antara Islam lemah lembut dengan Islam keras. Kedua kelompok tersebut dianggap sbg ciri khas Islam Nusantara, sedangkan kebalikan dari keduanya adalah milik Islam Arab.

Konsep Islam Nusantara atau Islam Indonesia seringkali dibenturkan dengan konsep Islam Arab. Bahkan yang lebih RANCU (rada sarap dan lucu) lagi adalah istilah Islam Arab distigmatisasi sebagai ancaman bagi Islam Indonesia.

Kalau jeli diperhatikan sebenarnya apa yang secara klise seringkali dianggap sbg karakteristik Islam Indonesia di atas, ternyata lebih banyak diwarnai asumsi dan idealisasi daripada kenyataan sesungguhnya.

Sejatinya klaim bahwa Islam Nusantara adalah Islam esoteris dan Islam yang lemah lembut semata-mata merupakan generalisasi dan simplifikasi yg mempunyai kecenderungan a-historis dan menolak realitas keber-islam-an bangsa Indonesia yg tidak se-sederhana seperti apa yang mereka bayangkan.

Sejak awal masuk dan berkembangnya Al-Islam di Nusantara ini, Islam sudah dipahami dan dilaksanakan baik dalam aspek esoteris maupun eksoteris. Contohnya, naskah Islam tertua di  Jawa seperti Pituture Seh Bari atau Kropak Ferrara, selain bicara tentang tasawuf juga membicarakan aqidah dan fikih. Jadi bukan cuma membahas aspek esoteris ajaran Islam tapi juga aspek eksoteris-nya.

Begitu pula kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, walaupun dalam membangun wibawa kekuasaannya banyak menggunakan konsep-konsep tasawuf tetapi tetap tak meninggalkan penegakan syariat. Mengenai penerapan syariat yang masih harus menenggang keberadaan hukum adat yang eksis sebelum Islam datang, tentu saja itu adalah bagian dari proses Islamisasi yang panjang, tetapi yang jelas, tetap ada usaha dari para penguasa Muslim di Nusantara untuk menerapkan syariat tanpa sama sekali mempertentangkannya dengan hakikat.

Begitu juga kalau melihat sejarah, semua orang bisa menyaksikan bahwa Muslimin di Nusantara tidak mempraktikkan Islam hanya sebagai agama lemah lembut semata. Ada saat-saat-nya Muslimin di Nusantara bersikap tegas dan keras ketika mereka ditindas oleh orang-orang kafir dan atau kehormatan agama mereka dihinakan. Jihad Fie Sabilillah terhadap pemerintah kafir penjajah (Belanda) sepanjang abad 19 yang dikomandoi oleh para ulama, kiai, haji, dan santri bisa dijadikan bukti bahwa kaum Muslimin di Nusantara pun bisa bersikap tegas dan bertindak keras.

Satu hal yang perlu dicatat, perlawanan-perlawanan tersebut seringkali diarahkan bukan hanya terhadap kafir-kafir penjajah (Belanda) tetapi juga kepada pribumi Muslim yang besekongkol dengan penjajah yang kemudian oleh gerakan-gerakan perlawanan itu - yang banyak di antaranya merupakan praktisi tarekat – mereka sering divonis kafir karena bersekutu dengan Belanda.

Diluar dari vonis kafir yang dilakukan secara serampangan tidak dibenarkan dalam syariat, tetapi fakta sejarah ini telah membuktikan bahwa takfir tidak hanya dilakukan oleh mereka yang saat ini distigma-negatif dengan ‘wahabi’ tetapi juga oleh kaum tarekat (sufi) yang sering dikonstruksikan sebagai kelompok Islam yang toleran, moderat, cinta damai, dan humanis. Hal ini sekaligus menunjukkan dan membuktikan bahwa pemahaman Islam yang mengedepankan aspek esoteris tidaklah senantiasa berbanding lurus dg sikap moderat dan sikap toleran.

Siapapun pun bisa dan boleh bertanya lebih jauh lagi, apakah proses yang kerap disebut pribumisasi Islam ini akan melahirkan ekspresi keberagamaan yang kental dengan nuansa esoteris dan atau kelemah-lembutan dalam beragama? Maka apabila menengok kepada sejarah, setiap orang akan menemukan jawaban : TIDAK sama sekali. Ternyata Pribumisasi Islam bisa saja menghasilkan ekspresi keber-islam-an yg mengedepankan aspek eksoteris - tanpa harus berarti menolak aspek esoteris - dan juga galak alih-alih lemah lembut.

Hal tersebut bisa disaksikan dalam harokah jihad DI/TII di pulau jawa bagian Barat yang dipimpin oleh Assyahid, Insya-Allah, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Sejumlah catatan sejarah terkait DI/TII di Jawa Barat memperlihatkan bahwa harokah ini menggunakan konsep-konsep budaya lokal (Jawa dan Sunda) dalam upaya mengartikulasikan ideologinya. Keberhasilan DI/TII merekrut pengikut di daerah pedesaan Priangan juga tidak lepas dari usaha menampilkan DI/TII sebagai media perjuangan masyarakat Sunda dari penjajahan dan ketertindasan dengan cara menampilkan adat dan keyakinan masyarakat sunda.

Jelas sekali ini merupakan sebuah bentuk pribumisasi Islam namun pribumisasi itu justru dilakukan dalam koridor jihad menegakkan aspek eksoteris Islam yaitu syariat Islam. Pribumisasi itu juga tidak berbanding lurus dengan sikap lemah lembut. Malah sebaliknya DI/TII dikenal sebagai gerakan yang tegas dan keras terhadap musuh-musuhnya.
2
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
07.24

Kesesatan Konsep Islam Nusantara

Bagian Pertama dari 2 Tulisan
Dewasa ini muncul (atau sengaja dimunculkan?) wacana Islam Indonesia atau Islam Nusantara. Ga tau gimana prosesnya, tau-tau Istilah ini jadi trending topic di kalangan politisi,  intelektual, di sebagian organisasi Islam dan di birokrat Kementerian Agama. 

Wacana ini nongol di tengah suasana semrawut konstelasi politik global yang akhirnya membawa umat Islam untuk membumikan konsep Nahi Munkar, Jihad Fie Sabilillah dan Penegakkan Khilafah.

Di tengah situasi seperti itulah wacana ini diasong-asongkan secara biadab oleh para pengikut dajjal sebagai alternatif untuk menampilkan wajah Islam yang moderat, toleran, cinta damai, dan menghargai keberagaman yang semuanya dimaknai menurut selera syahwat mereka. Hal tsb diupayakan karena para pengikut dajjal meyakini konsep Nahi Munkar, Jihad Fie Sabilillah dan Penegakkan khilafah merupakan bahaya yang sangat besar bagi kepentingan hawa nafsu mereka. 

Namun di balik niat busuk mereka masih banyak hal yg menjadi tanda tanya terkait wacana Islam Nusantara / Indonesia tsb, baik dilihat dari landasan konseptual maupun substansinya. Tetapi sayangnya kurang banyak orang yang memberi perhatian, padahal hal ini mencakup permasalahan yang mendasar. Berangkat dari sinilah admin yang good looking, rajin menabung, baik hati dan tidak sombong ini, mencoba memberi pencerahan mengenai wacana tersebut di atas.

Jadi, Apakah yang dimaksud dengan Islam nusantara atau Islam indonesia itu ?

Islam Indonesia atau Islam Nusantara sejatinya adalah sebuah konsep yang sampai hari ini belum ada definisi baku tentangnya. Masih Gajebo. Ga Jelas Booo...

Memang aneh! sebuah konsep yang belum jelas, masih abu-abu, seperti belum jelasnya definisi teror dan terroris yang digunakan oleh United Satan of America (USA), tetapi sudah diwacanakan secara resmi di lembaga-lembaga kementerian bahkan secara akademik. Sungguh Aneh. Ada apa ini ? 

Koq bisa-bisanya sebuah konsep yang belum jelas diperbincangkan sedemikian rupa ? ini sama saja ngomongin sesuatu yang tidak ada isinya atau Omong Kosong dan Pepesan Kosong. 

Memang benar sudah ada juga sich, sebagian makhluk yg mencoba menjelaskan konsep tersebut, tetapi sayangnya masih bersifat subyektif disesuaikan dengan kepentingan dan seleranya masing-masing. Misalnya si azyumardi azra yang mendefinisikannya sbb :  

“Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi rusak, kontekstualisasi sesat, indigenisasi destruktif dan vernakularisasi Islam ngaco dengan realitas sosial bejad, budaya dan agama (bad religion) di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy'ari, fikih mazhab Syafi'i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran sesuai dengan kemauan zionist Internasional. Islam Nusantara yang kaya dengan warisan Islam (Islamic legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global yang akan mudah berakulturasi dengan Tatanan Dunia Baru Ciptaan Dajjal (The New World Order) kelak”.

Atau si Said Agil Siradj :

"Islam Nusantara adalah Islam sinkretik, Islam Campur Baur (ICABUR) yang merupakan gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal (non teologis) berupa budaya, dan adat istiadat di Tanah Air. Atau dengan perkataan lain Islam Gado-Gado (Bukan Islam)".

Terus terang admin masih menebak-nebak, apa sesungguhnya Islam Nusantara yang mereka maksudkan?

Apakah yang dimaksud adalah agama Islam ala Indonesia? Islam Gaya Nusantara? Jika ya lantas seperti apa wujudnya? Apa seperti di Turki pada zaman Mustafa Kemal Attaturk dulu yang adzan dikumandangkan dalam bahasa Turki dan Al Quran hanya diterbitkan terjemahannya saja yang ditulis dengan huruf Latin? Atau seperti apa? Tetap masih belum jelas dan ngaco, seperti ngaco dan belum jelasnya agama yg dianut oleh pengasong-pengasong konsep ini. 

Menurut hemat admin selama pengertiannya belum jelas, ga perlulah  para akademisi, pejabat, birokrat dan tokoh politik ikut-ikutan ngomong soal tersebut. Ngomongin konsep yang masih kabur cuman bikin bingung dan menyesatkan masyarakat. Atau apakah memang ini yang kalian kehendaki ?


Mengingkari Realitas


Terlepas dari belum jelasnya pengertian dari konsep itu sendiri, terlihat bahwa wacana ini erat kaitannya dg gagasan alm. Gus Dur tentang pribumisasi Islam yg secara ringkas dapat disimpulkan maksudnya adalah upaya mengartikulasikan ajaran dan nilai-nilai Islam sesuai dengan konteks sosial-budaya masyarakat penganut Islam itu sendiri.

Lebih Ringkasnya lagi, bagi masyarakat Muslim Indonesia, Islam mesti ditafsirkan sesuai dengan konteks-sosial budaya lokal Indonesia atau Nusantara.

Kalo kita menyimak perbincangan seputar wacana Islam Nusantara seringkali disinggung memiliki ciri khas yang membedakannya dengan Islam di negeri-negeri lain. Misalnya dengan Negeri Arab dimana Islam pertama kali diturunkan.

Secara umum ada juga yg mengkategorikan dalam dua macam karakteristik :


Pertama, Islam Nusantara lebih mengedepankan aspek esoteris (hakikat) ketimbang aspek eksoteris (syariat), sehingga Islam menjadi tidak sebagaimana ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Kedua, sebagai Islam yang moderat, toleran dan cinta damai yang semuanya dimaknai menurut keinginan sang tuan besar (dajjal). Yaitu Islam yang lemah lembut, Islam yang harus menolak konsep Nahi Munkar, Jihad Fie Sabilillah, dan Penegakan Khilafah..

To be continued .... click here

6
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
07.10

Jumat, 05 Juni 2015

Jemaat Islam Nusantara

“Nusantara Islam is a distinctive Islam resulting from vivid, intense and vibrant interaction, contextualization, indigenization and vernacularization of universal Islam with Indonesian social, cultural and religious realities--this is Islam embedded. Nusantara Islamic orthodoxy (Ash'arite theology, Shafi'i school of law, and Ghazalian Sufism) nurtures the Wasatiyyah character--a justly balanced and tolerant Islam. Nusantara Islam, no doubt, is very rich with Islamic legacy--a shining hope for a renaissance of global Islamic civilization”.

Demikian Azyumardi Azra, Penderita Penyakit Otak Sepilis Stadium Dewa yang oleh sebagian makhluk dianggap sebagai Cendekiawan Muslim Indonesia, dia disusupkan oleh Iblis ke Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai Guru Besar, saat ngejelasin apa sesungguhnya makna dari konsep Islam Nusantara.

Bagi Azra, “Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi rusak, kontekstualisasi sesat, indigenisasi destruktif dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial bejad, budaya dan agama (bad religion) di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy'ari, fikih mazhab Syafi'i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran sesuai dengan kemauan zionist Internasional. Islam Nusantara yang kaya dengan warisan Islam (Islamic legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global yang akan mudah berakulturasi dengan Tatanan Dunia Baru Ciptaan Dajjal (The New World Order) kelak”.
Dalam sebuah perbincangan dengan Komaruddin Hidayat (saat masih berak sebagai Rektor UIN), Susilo Bambang Yudhoyono (saat telah lengser sebagai Presiden RI ke-6) bersaksi bahwa masyarakat Muslim internasional sangat banyak berharap agar Indonesia menjadi prototype peradaban Islam yang sesuai dengan kemauan zionist internasional, mengingat karakter masyarakatnya yang multikultural, multietnik, moderat, dan jauh lebih toleran dibanding negara-negara berpenduduk mayoritas kafir.

Karakter Islam Indonesia yang sedemikian memikat dunia itu tentunya tidak terbentuk tiba-tiba, melainkan diawali dengan lahirnya tradisi, budaya, dan kesusastraan Islam sejak awal abad ke-16 yang diperjuangkan oleh wali songo. 

Kalau masyarakat Muslim dunia berharap agar karakter Islam Nusantara menjadi inspirasi perdamaian global dengan makna yang disetujui oleh zionist internasional, lalu siapa di sini yang akan menjadi “guardian”nya? siapa yang akan menjaga, merawat, mewarisi, mengkaji, dan menyebarkan gagasan-gagasan Islam kultural (Islam Gado-Gado atau Bukan Islam) tersebut serta menerjemahkannya dalam ranah yang lebih praksis agar memberikan kontribusi riil terhadap mewujudnya program pemurtadan yaitu tatanan dunia baru (The New World Order) ?

Dalam konteks itulah tanggungjawab moral dipikul oleh Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) yang sudah terinfeksi virus otak Sepilis, sebagai salah satu fakultas di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terbukti telah melahirkan para pemikir sakit, filsuf sesay, dan cendekiawan menyesatkan semisal Nurcholis Madjid, Fachry Ali, dan Azyumardi Azra, yang kontribusi pemikirannya sudah melampaui sekat-sekat dan batas teritorial wilayah Negara bahkan melampaui sekat-sekat dan batas Ajaran Tauhid (kebablasan laksana lokomotif remnya blong).

Mereka alumni korban FAH, bung!

Azra, yang kini masih aktif mengajar di FAH, menjadi ikon cendekiawan Muslim Indonesia yg menularkan penyakit otaknya dengan semangat 45. Ia telah mendapat pengakuan dunia internasional atas kontribusinya terhadap program-program tuan besarnya (zionist). Tahun 2014 lalu, secara tidak disengaja, ia diberi penghargaan prestisius the Fukuoka Prize oleh Pemerintah Jepang penyembah matahari “...for his strong initiative in promoting international academic exchange and cross-cultural and cross-religious dialogue, and his outstanding contribution to mutual understanding between the Islamic world and the non-Islamic world, Prof. Azyumardi Azra truly deserves the Academic Prize of the Fukuoka Prize....”.

Karenanya, mimpi FAH untuk melekatkan karakter Islam Nusantara dalam dirinya, sesungguhnya bukan impian kecil yang hanya akan berdampak “ecek-ecek”l belaka. Ia dapat memberi energi negatif untuk mahasiswa, dosen, Fakultas, Universitas, bangsa, dan bahkan dunia internasional. Islam Nusantara bukan sekedar filologi, sejarah kebudayaan Islam, atau prodi tertentu saja. Islam Nusantara bukan NU, Muhammadiyah, Persis, atau wadah-wadah "kecil" lainnya. Hal yang terkadang direduksi secara salah kaprah oleh sebagian dari kita sendiri. Islam Nusantara merupakan logika dan pemikiran terbalik untuk menyesatkan Ummat Islam Indonesia.

Islam Nusantara adalah Sesat!


Memang, filologi adalah salah satu pilar di antara pilar-pilar ilmu lain untuk menggali kekayaan sastra, budaya, dan tradisi intelektual Islam Nusantara. Dalam sebuah perbincangan via surat elektronik, Fachry Ali yang alumni FAH tahun 1984 itu menyapa saya, katanya: "...Now, as the dean of the Adab Faculty, using your own phrase on the obligation of developing philology at the UIN, it has become your fardlu 'ain to make a thorough study on this subject matter: a Ciputat intellectual history...". Ah, mungkin Bang Fachry berlebihan.

Harapan besar tentu ada pada konsistensi dan komitmen FAH sendiri untuk menerjemahkan gagasan dan mimpi besar itu agar dapat terejawantahkan secara lebih riil dalam kurikulum prodi, dalam program dan kegiatan, dalam proses belajar yang dilakukan oleh para dosennya, serta dalam visual infrastruktur sebagai instrumen fisiknya, sehingga pemurtadan dapat berjalan effektif dan simultan.
Sekali lagi, Islam Nusantara adalah Sesat! 
Salam FAHIM.
0
Komentar
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Admin 001
14.14
Postingan Lama Beranda
Langganan: Komentar (Atom)

Tukeran LINK

DPC FPI Jagakarsa | Munarman Doak | Furniture Kantor Bekas | Silat Bayangan | KOSONG | KOSONG |

Mau Pasang Backlink Gratis Di Sini ? Kirim saja Url Blog / Situs kamu ke email : setarainstitute001@gmail.com


Catatan :
Siapapun boleh Tukeran Link di sini Tetapi Admin Tidak Bertanggung Jawab dg Isi dari backlink di atas !

Postingan Populer

  • Pengertian Islam Nusantara
    Pemikiran Islam Nusantara ini memang sengaja disosialisasikan dalam upaya meningkatkan kesesatan kaum muslimin di Nusantara. Tetapi ir...
  • Jamaah Islam Nusantara
    Ada yang bertanya sama admin, "Min, koq namanya pake JEMAAT sich ? Seperti Kristen gitu min ..  Kenapa gak gunakan JAMAAH ? a...
  • Proklamator Islam Nusantara
    Dikalangan Orang Bingung di Indonesia, Islam banyak macamnya. yang paling terkenal ada 2 yaitu Islam Muhmmadiyah dan Islam NU. Dan pada...
  • Kesesatan Konsep Islam Nusantara
    Bagian Pertama dari 2 Tulisan Dewasa ini muncul (atau sengaja dimunculkan?) wacana Islam Indonesia atau Islam Nusantara . Ga tau gimana...
  • Islam Nusantara : Neo Liberalisasi Agama
    Liberalisasi Agama secara ringkas dapat dikatakan sebagai upaya-upaya menundukkan ajaran Islam dengan akal. Sambil nyontek metodologi pa...
  • Propaganda Zionis dan Hakikat JIN
    Bismillaah wal Hamdulillaah … Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah … NOS  - Novus Ordo Seclorum - atau NOA  - New Order of The A...
  • Racun Nasionalisme
    Iblis dan pasukannya (yaitu, para setan dari golongan jin dan manusia) menyuntikkan Racun Nasionalisme ke otak manusia. Yaitu, sebuah ...
  • Sherina Munaf : Ababil Korban SEPILIS
    Sherina Munaf , Satu lagi ABABIL - ABG Labil - Korban Cuci Otak kaum penderita sepilis.  Kasihan sekali ... Menjadi korban Ghoz...
  • Boleh Menjadi Atheis
    Berikut ini tulisan dari Ustadz Dr. Hamid Fahmy Zarkasy. Judulnya Allah Bolehkan Atheis ? Ustadz Hamid Fahmy Zarkasy menjelaskan kesala...
  • Kesesatan Konsep Islam Nusantara Bagian Kedua
    Bagian Kedua Dari 2 Tulisan Akibat gagal memahami Islam secara kaaffah, akhirnya kedua kelompok tersebut mempertentangkan antara Islam ...

Memuat...

Labels

  • Islam Nusantara
  • Korban Sepilis
  • Nasionalisme
  • Neo Liberalisasi
  • Pemurtadan
  • Penyesatan
  • Tersesat
Copyright 2013 Jemaat Islam Nusantara - All Rights Reserved
Design by Mas Sugeng - Published by Evo Templates